METODE FARMAKOLOGI 3
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh agen infeksi bakteri Gram positif Mycobacterium tuberculosis yang bersifat aerob obligat yang umumnya menyerang organ paru pada manusia. Penyakit ini ditularkan oleh penderita BTA positif yang menyebar melalui droplet nuclei yang keluar saat penderita batuk atupun bersin. Patofisiologi penyakit tuberkulosis dimulai dari masuknya bakteri ke dalam alveoli lalu Sistem imun dan sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan cara melakukan reaksi inflamasi.
LINK VIDEO : https://youtu.be/GKPZhZFnHW0
Dalam klasifikasi tuberkulosis sangat menghindari terapi yang tidak adekuat agar mencegah timbulnya resistensi, namun dilihat dari kehidupan sehari-hari pasien kebanyakan tidak tahan terhadap pengobatan adekuat yang lama,sehingga dia melakukan terapi yang tidak adekuat sehingga menimbulkan resistensi atau kebal terhadap obat, hal ini dapat diatasi dengan kombinasi suatu obat yang mana seperti rifampisin dan isoniazid. Namun kedua obat ini ketika dikombinasi dia dapat menyebabkan hepatotoksik , sehingga timbul lagi suatu penyakit baru nah lantas Bagaimana rancangan obat yang baik untuk mengatasi permasalahan ini.
BalasHapusnteraksi farmakokinetik yang terjadi apabila rifampisin dengan isoniazid diberikan secara bersamaan berlangsung dengan mekanisme rifampisin meningkatkan toksisitas isoniazid dengan meningkatkan metabolisme isoniazid menjadi metabolit hepatotoksik. Rifampisin dan isoniazid diperlukan oleh pasien tuberkulosis dengan pertimbangan kemanfaatannya lebih tinggi ketika pemberiannya dikombinasikan. Walau rifampisin dapat meningkatkan hepatotoksisitas dari isoniazid, kombinasi ini tidak menyebabkan hepatotoksitas pada sebagian besar penderita. Namun, tetap harus dilakukan pemantauan ketat salah satunya dengan tes fungsi hati jika terjadi perubahan fungsi hati terutama untuk pasien-pasien dengan gangguan fungsi hati dan gangguan asetilator lambat isoniazid dan pertimbangkan penghentian salah satu atau kedua obat ika terjadi interaksi kedua OAT tersebut. Untuk memastikan semua ini, perlu kiranya dilakukan konsultasi dan diskusi langsung dengan dokter yang merawat pasien. Sehingga dapat dinilai pengaruh kebiasaan minum obat terhadap respon klinis pengobatan TBC yang sudah dilakukan. Tanpa diskusi langsung dengan dokter yang merawat, maka evaluasi ini sulit untuk ditentukan, karena dokter yang merawat lebih memahami kondisi klinis pasien dan perkembangan klinis pasien yang bersangkutan.
HapusPada video diatas dalam klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit ketika seorang pasien itu didiagnosis tuberculosis ekstrak paru namun juga mempunyai TB paru, pernah saya baca mengapa dalam suatu pencatatan pasien itu harus dicatat sebagai pasien TB paru, bukankah tuberkulosis extra paru itu dia menyerang organ selain paru yang memungkinkan memberikan penyakit yang lebih parah lagi?
BalasHapusPasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru dikarenakan penderita menderita 2 sekaligus dari kategori, namun TB yang terjadi pada organ selain paru misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru. ini diatur dalam PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
HapusSistem imun yang tidak baik itu juga dapat rentan terserang infeksi bakteri tuberkulosis namun dalam kasus anak-anak yang kita ketahui sistem imunnya itu lebih kuat yang mana jikalau dia bermain diluar dan terhirup bakteri TB tentu bisa di atasi, makrofag mampu untuk menghancurkan kuman tuberkulosis . Akan tetapi masih ada kasus anak-anak yang mengalami penyakit tuberkulosis, mengapa demikian?apakah ada presentase kuman TB yang bisa menembus makrofag?
BalasHapusAnak-anak adalah kelompok orang yang rentan sekali terinfeksi tuberkulsis, terutama mereka yang masih berusia di bawah 5 tahun (balita). Imunitas mereka belum seoptimal atau sesempurna orang dewasa muda sehingga apabila terpapar oleh penderita TBC, akan berpeluang ikut terinfeksi. Ketika orang dewasa yang menderita TBC batuk atau bersin, bakteri penyebab TBC akan menyebar ke udara. Pada saat itulah, penularan penyakit TBC ke orang-orang di sekitarnya dapat terjadi, baik ke anak-anak maupun orang dewasa. Anak-anak yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, misalnya karena HIV pada anak atau kurang gizi, memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena TBC anak.
HapusBerarti dapat disimpulkan bahwasannya jika mengkombinasikan kedua obat tersebut terlebih dahulu dites fungsi hati dan dipertimbangkan untuk penghentian obat tersebut jika terjadi interaksi, sehingga ini perlu dikonsultasikan oleh dokter yang merawat pasien untuk dilakukan lagi evaluasi.
BalasHapusSelain itu ,TB ektra paru dikategorikan sebagai TB paru karena gambaran radiologis nya ,selain itu juga sudah diatur dalam Permenkes no 67 tahun 2016 tentang penanggulangan TB.
Berarti untuk sistem imun anak anak dibawah 5 tahun belum optimal layaknya orang dewasa sehingga lebih rentan terpapar kuman TB,.